Ragam corak dan warna Batik Indonesia dipengaruhi oleh berbagai pengaruh asing. Awalnya, batik memiliki ragam corak dan warna yang terbatas, dan beberapa corak hanya boleh dipakai oleh kalangan tertentu.
Namun batik pesisir menyerap berbagai pengaruh luar, seperti para pedagang asing dan juga pada akhirnya, para penjajah.
Warna-warna cerah seperti merah dipopulerkan oleh TiongHoa , yang juga memopulerkan corak phoenix.
Bangsa penjajah Eropa juga mengambil minat kepada batik, dan hasilnya adalah corak bebungaan yang sebelumnya tidak dikenal (seperti bunga tulip) dan juga benda-benda yang dibawa oleh penjajah (gedung atau kereta kuda), termasuk juga warna-warna kesukaan mereka seperti warna biru.
Batik tradisonal tetap mempertahankan coraknya, dan masih dipakai dalam upacara-upacara adat, karena biasanya masing-masing corak memiliki perlambangan masing-masing.
Batik Indonesia variety of shades and colors are influenced by various foreign influences. Initially, batik has a variety of shades and colors are limited, and some patterns may only be used by certain circles.
However, coastal batik absorb various external influences, such as foreign traders and also in the end, the invaders.
Bright colors such as red popularized by the Chinese, who also popularized the style phoenix. European colonial nations are also taking interest in batik, and the results are the patterns that were previously unknown flowers (like tulips) and the objects brought by the colonizers (the building or horse-drawn carriage), including their favorite colors such as blue.
Retain traditional batik's type, and is still used in traditional ceremonies, because usually each style has a representation of each.